Beranda | Artikel
Surat Kenikmatan
Kamis, 19 Juli 2018

Surat Kenikmatan

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Di dalam al-Quran, terdapat satu surat yang dijuluki para ulama dengan surat an-Ni’am (surat kenikmatan).

Surat an-Ni’am [سورة النعم] atau surat yang banyak menyebutkan kenikmatan adalah surat an-Nahl.

Surat an-Nahl termasuk surat Makiyah menurut Jumhur ahli tafsir, selain 3 ayat yang diturunkan di Madinah, sepulangnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari perang Uhud. Berisi 128 ayat, dan berada di urutan ke-16 dalam mushaf al-Quran. (at-Tahrir wa at-Tanwir, 14/93)

Disebut surat kenikmatan, karena surat ini banyak menyebutkan berbagai macam nikmat Allah untuk para hamba-Nya, yang itu merupakan bukti kebesaran dan keagungan Allah.

Berikut beberapa keterangan para ulama yang menyebut surat ini dengan surat an-Ni’am (surat kenikmatan),

[1] Keterangan Qatadah – ulama tafsir zaman tabi’in –

قال قتادة: وَكَانَت هَذِهِ السُّورَة تُسَمَّى سُورَةَ النِّعَمِ

Imam Qatadah mengatakan, ‘Surat ini (an-Nahl) dinamakan dengan surat an-Ni’am.’ (Tafsir Yahya bin Sallam, 1/80)

[2] Keterangan Ali bin Zaid bin Jada’an – salah satu ulama tabi’in –

عن عليّ بن زيد قال: كَانَ يُقَال لِسُورَة النَّحْل: سُورَةُ النِّعَم، يريد لكثرة تعداد النّعم فيها

Dari Ali bin Zaid, beliau mengatakan, ‘Surat an-Nahl disebut juga surat an-Ni’am. Karena di sana banyak disebutkan kenikmatan-kenikmatan.’ (Zadul Masir, 2/548)

[3] Keterangan Muhammad bin Saib al-Kalbi (w. 146 H)

قال الكلبي: هذه السورة تسمى سورة النعم , لما ذكر الله فيها من كثرة نعمه على خلقه

al-Kalbi mengatakan, ‘Surat ini dinamakan surat kenikmatan, karena Allah menyebutkan banyak sekali nikmat-Nya untuk hamba-Nya di dalam surat ini.’ (an-Nukat wal Uyun, Tafsir al-Mawardi, 3/207)..

Nikmat-nikmat di Surat an-Nahl:

Ada banyak ayat di surat an-Nahl yang menyebutkan kata nikmat (نعمة),

Saya mencoba menghitungnya, kurang lebih ada 9 ayat, yaitu: ayat 18, 53, 71, 72, 81, 83, 112, 114, dan 121.

Di surat ini, Allah juga menyebutkan kisah Ibrahim dengan mencantumkan sifatnya yang menonjol, yaitu pandai mensyukuri nikmat Allah. Allah berfirman,

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِّلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ . شَاكِرًا لِّأَنْعُمِهِ ۚ اجْتَبَاهُ وَهَدَاهُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ

“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (120) (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (QS. an-Nahl: 120 – 121)

Ibrahim memiliki banyak sifat yang mulia. Namun di sini, Allah menyebutkan sifat pandai mensyukuri nikmat.. agar menjadi teladan bagi manusia dalam mensyukuri nikmat Allah.

Kemudian, setelah Allah menyebutkan nikmat-nikmat yang demikian banyak, Allah mengakhirinya dengan mengatakan,

كَذَٰلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ

“Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS. an-Nahl: 81)

Tujuan Disebutkannya Nikmat

Tujuan terpenting dari nikmat itu adalah mengajari manusia untuk memberi respon terbaik, sesuai jenis nikmat yang Allah sediakan. Berikut diantara kaitan nikmat dan perintah setelahnya,

[1] Setelah Allah menyebutkan nikmat gunung dan laut yang ditaklukkan, Allah mengatakan,

لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Agar kalian bersyukur.” (ayat 14)

[2] Setelah Allah menyebutkan nikmat pegunungan, sungai-sungai, jalanan darat, Allah menegaskan,

لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Agar kalian mendapatkan petunjuk.” (ayat 15)

[3] Setelah Allah menyebutkan nikmat maknawi terbesar – yaitu diturunkannya al-Quran, Allah menyatakan,

وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Agar mereka berfikir.” (ayat 44).

[4] Seusai Allah menyebutkan nikmat panca indera (pendengaran, penglihatan, dan perasaan), Allah menyebutkan setelahnya,

لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Agar kalian bersyukur.” (ayat 78)

[5] Setelah Allah mengisyaratkan mengenai kesempurnaan nikmat ilahiyah, Allah menyatakan,

لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ

“agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (ayat 81)

[6] Setelah Allah menyebutkan keadilan, kebaikan (ihsan), larangan dari perbuatan kekejian, kemungkaran dan kedzaliman, Allah menegaskan setelahnya,

لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Agar kalian mengambil peringatan.” (ayat 90)

Allahu akbar…

Semoga kita bisa mengambil pelajaran darinya…

Allahu a’lam.

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/32054-surat-kenikmatan.html